![]() |
Ikatannya Keren loh 4 Juni 2013 |
Aku
baru saja berhasil membuka mataku sekitar jam 11 siang (karena baru berhasil
tidur jam delapan pagi setelah begadang semalaman) ketika telpon genggamku
berbunyi.
"Mama,
bisa jemput Audi?"
Shock
beberapa detik menyerangku. Lalu di detik berikutnya aku berlari ke arah
bengkel di depan rumah. Dengan mata panik, aku mencoba mencari wujud sepeda
Fixie miliknya Audi.
“Lah
sepedanya tidak ada, berarti Audi kan naik sepeda?” Aku kebingungan menatap
tempat di mana biasanya Audi menaruh sepedanya.
Dengan
gugup aku menghampiri adik laki-lakiku dan meminta tolong dirinya untuk
menjemput Audi. Papa yang mendengar kata-kataku mengernyitkan dahinya. Dan aku
sudah menyangka kalau Papa bakal ikut menjemput juga sebagai orang yang akan
membawakan sepeda Audi pulang.
Begitu
Audi sampai di rumah. Perutku langsung diserang mulas hebat. Aku mual.
Anak
itu pulang dengan wajah pucat pasi, bibir yang pucat dan memegangi tangan
kirinya. Dia terlihat sangat kesakitan. Tapi tidak ada rintihan atau keluhan
sedikit pun yang terucap dari mulutnya. Kalau ditanya, baru dia jawab sakit.
Papa
ikutan panik. Biasanya, kalau cucu-nya yang satu ini kenapa-kenapa, Papa juga
langsung heboh. Melihat Papa yang heboh sangat, aku terpaksa menguatkan diri,
menarik nafas dalam-dalam. Tapi dengan isi kepala yang berubah menjadi bubur.
Aku
tidak bisa berpikir!
Untungnya
adik laki-lakiku langsung gerak cepat. Dia bilang dia mau bawa Audi ke
Pengambangan (salah satu daerah di Banjarmasin) tempat tukang pijat yang
katanya jago benerin patah tulang dan masalah tulang lainnya.
Audi
pun naik ke boncengan motor adikku. Tanpa mengeluh. Mengulurkan tangan kanannya
untuk memeluk pinggang adikku dan setelah itu motor pun melaju. Sebenarnya Papa
mengusulkan untuk memakai mobil saja. Tapi kalau pakai mobil di tengah hari
bolong dengan semrawutnya jalan raya di kota ini, jelas makan waktu lama.
Setengah
jam kemudian, adikku dan Audi balik. Hasilnya, tulang bahu dan tulang sendi
bahunya retak dan ada posisi tulang yang berpindah dari tempatnya. Papa masih
mengatakan suruh bawa ke rumah sakit aja untuk rontgen, etc. Haduh, kalau ke
rumah sakit, sejujurnya aku malas banget. Sebagai mantan Medrep, aku tahu
bagaimana rumah sakit dan apa yang akan kuhadapi nanti.
Pengalamanku
melihat kehidupan rumah sakit benar-benar tidak mengenakan hati. Dan aku tidak
mau nanti anakku dijadikan bahan percobaan untuk para dokter praktek bedah
tulang :p So, aku menguatkan hati, berharap pada keajaiban Allah, dan berusaha
percaya bahwa tukang pijat yang hebat membenarkan tulang itu memang benar-benar
bisa menolong Audi.
Sport
jantungku belum selesai. Pulang pijat, wajah Audi sedikit lebih segar karena
bahunya sudah diikat dengan perban dengan ikatan yang sangat kuat. Dia pulang
langsung tidur, karena tidak mungkin memaksa anak yang sudah kehabisan menahan
sakit. Meski dia sedang menghadapi UKK. Dan aku benar-benar khawatir, dengan
kondisinya ini Audi bisa tidak menghadapi UKK, sementara nilainya di
pertengahan semester lalu anjlok :’(
Saat
memandangi anakku tertidur, Papa masuk dan langsung mengatakan satu kalimat
yang membuatku luluh lantak.
“Kamu
tidak salah mempertahankan anakmu ini. Anak ini sama sekali tidak mengeluh,
menangis atau apa pun. Dia tahu dia salah dan dia siap menanggungnya. Anak ini
tahu diri. Papa jamin, kamu tidak akan menyesal memilikinya.”
Tragedi
retaknya bahu dan tulang sendi bahu ini ternyata membawa satu hal baru padaku.
Selalu ada hal baik dibalik setiap musibah yang kita alami.
Note :
Catatan ini kubuat agar Audi mengingat cerita ini. Lain kali harus hati-hati dalam bermain. Mama tidak akan pernah sanggup kalau harus kehilangan Audi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar