![]() |
Sampah di Pintu Air Manggarai - Jakarta Sumber : foto.okezone.com |
Di tengah macet, aku mulai menggerutu dalam pikiranku yang suka lompat ke sana - kemari. Aku mengeluhkan masalah sampah itu pada suamiku. Bukankah seharusnya setiap manusia sadar akan masalah sampah dan akibatnya?
Berikut ini percakapanku dengan PW
(suamiku) :
Cha :
Itu sampah seharusnya tidak dibuang ke sungai. Kenapa orang-orang itu tidak
jera membuang sampah ke sungai ya?
PW :
Itulah Indonesia. *PW sibuk dengan ruwetnya jalan yang macet*
Cha :
Tapi harusnya,
... kalau setiap orang membuang sampah ke tempat sampah, pasti pelan-pelan masalah sampah itu akan bisa ditanggulangi, kan?
... kalau setiap orang membuang sampah ke tempat sampah, pasti pelan-pelan masalah sampah itu akan bisa ditanggulangi, kan?
PW :
Percuma, Cha! Satu orang buang sampah di tempat sampah, tapi sekampung buang
sampah di sungai. Sama aja bohong, kan?
Cha :
Logikanya gini deh, misalnya saja satu orang membiasakan diri membuang sampah
di tempat sampah. Lalu satu orang ini mengajak keluarganya. Dan anggota
keluarganya mengajak orang lain yang dikenalnya untuk buang sampah di
tempatnya. Lama kelamaan, semua orang juga bisa terbiasa buang sampah di tempatnya.
PW :
Di tempatnya? *Nada PW mulai tinggi, sepertinya dia sudah stress dengan macet
sekaligus omelanku :p* Tempat buang sampahnya aja nggak ada. Banyak TPA di kota
ini sudah tidak mampu menampung jumlah sampah. Banyak pula TPA yang akhirnya
ditutup dan dijadikan lahan perumahan. Trus mau buang sampah di mana lagi?
Cha :
*Mulai bingung sendiri* Masa nggak ada tempat pembuangan sampah atau pengolahan
sampah di setiap kota sih? Harusnya kan ada? Atau sampahnya dibakar aja?
PW :
Polusi dong. Nanti jadi seperti Pulau Kalimantan yang selalu menjadi pengekspor
asap ke negara tetangga.
Cha :
Apa bedanya polusi dikit daripada sampah menggunung terus jadi sumber penyakit
dan penyebab banjir? *Mulai kehilangan opini*
PW :
Bisa nggak ntar aja diskusi masalah sampahnya? Mumet ini loh mikir gimana
caranya sampai PGC tapi nggak harus kena macet. *Kepala PW kayaknya mulai
berasap*
Cha :
Kalau nggak mau kena macet, kita parkir aja motornya di mana kek, terus kita
naik busway. Yuk, naik busway aja. Kan enak, kamu jadi nggak perlu capek juga.
Sebenarnya, kalau banyak orang yang memanfaatkan busway, pasti masalah macet
juga bisa diatasi ya. Coba pikir deh, satu mobil cuma dikendarai satu orang.
Satu motor juga hanya untuk satu orang. Jelas aja kan jalanan jadi macet parah.
Kalau lebih banyak orang yang memanfaatkan kendaraan umum seperti busway, aku
rasa kemacetan tidak semakin parah seperti saat ini. Makanya, kita naik busway
aja yuk...
PW :
@*&^%$#
*Dari sampah, bahas macet, terus bahas busway... kamu nggak haus ta?*
*Dari sampah, bahas macet, terus bahas busway... kamu nggak haus ta?*
***
Tapi pemikiran tentang sampah itu
sepertinya tidak akan berguna kalau cuma hanya menjadi pemikiran. Memang,
kewajiban pemerintah adalah membuat berbagai fasilitas yang menunjang kehidupan
seluruh penduduk di negaranya. Lalu, apa yang menjadi tanggung jawab
penduduknya?
Iseng-iseng *gara-gara mumet memikirkan
referensi tentang balapan dan motorcross* aku browsing. Hanya sekadar ingin
tahu bagaimana caranya negara lain menanggulangi masalah sampah. Pilihan jatuh
pada negara Singapura.
Menurutku, negara Singapura itu patut
dijadikan contoh nyata. Saat aku berada di sana dulu (kebetulan aku pernah tinggal di sana selama 6 bulan), negara itu sangat bersih.
Bahkan pasar tradisionalnya pun bersihnya nyaris sama dengan berbelanja di
pasar modern. Dengan wilayah negara yang termasuk kecil, pemerintah Singapura
sepertinya berhasil menanggulangi masalah sampah dan kemacetan.
Untuk mengatasi masalah sampah,
Singapura ternyata menggunakan teknologi insinerator
(sampah di bakar dengan sebuah alat dengan teknologi yang tidak menyebabkan
pencemaran udara).
Loh, Jakarta sudah pakai insinerator
yang berharga milyaran rupiah. Dan mesin itu rusak dengan alasan kapasitas
mesin tidak mampu menampung sampah yang luar biasa banyaknya.
Aku jadi berpikir lagi. Kenapa teknologi
insinerator di Jakarta tidak berhasil? Padahal di Singapura, nyaris tidak
terlihat lagi tumpukan sampah yang menggunung di lahan terbuka?
Di mana salahnya?
Kesadaran masyarakat Singapura untuk
memjaga kebersihan juga sangat bagus. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri
bagaimana orang-orang di sana membuang sampah pada tempatnya. Bahkan dengan
senang hati memungut sampah yang terjatuh di jalan dan membawa sampah itu ke
tempat sampah.
Kenapa kesadaran seperti ini tidak
dimiliki masyarakat di Indonesia ya?
*Opini di cut... bingung sendiri mau meneruskannya hehehe*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar