Menulis Cepat



Masih berhubungan dengan pembahasan sebelumnya, kali ini aku akan membahas mengenai menulis cepat dan lagi-lagi tulisan hari ini terinspirasi setelah membaca buku Creative Writing-nya Pak A. S Laksana.

Tiga novel pertamaku, bisa kuselesaikan dalam waktu satu minggu dengan jumlah halaman sekitar 150. Dulu aku belum mengerti betul proses self editing. Aku hanya tahu kalau tugas seorang penulis itu adalah menulis dan sisanya akan ada editor yang memperbaiki naskah kita.

Jujur, setelah membaca ketiga novel itu dan melihat betapa banyak kesalahan di dalam buku itu (salah ketik, kalimat aneh, salah tanda baca dan lain sebagainya), aku sempat kecewa. Kenapa novel ini—
yang mendapat banyak sekali tanggapan positif dari teman-teman yang sudah membacanya—ternyata sangat buruk dan tidak menyenangkan untuk dibaca?

Aku adalah seorang maniak buku. Artinya, aku tidak bisa hidup jika tidak ada buku di sekitarku. Kalau kalian suatu hari berkunjung ke rumahku (baik itu ke kontrakan maupun rumah di Banjarmasin, rumah mertua di Semarang atau rumah adikku di Surabaya), ada buku-buku koleksiku yang bertebaran di sana.  Buku-bukuku itu jauh lebih banyak jumlahnya dari pakaian yang kumiliki. Bayangkan saja :p

Karena kesukaanku membaca inilah, aku jadi tahu, bahwa tiga novel itu jauh dari harapanku. Karena saat aku menemukan buku yang banyak sekali salah ketiknya, bahkan memiliki kalimat-kalimat ajaib yang membuat keningku berkerut, keasyikanku membaca pun hilang seketika. Aku jadi membayangkan para pembacaku mungkin juga merasakan hal yang sama. Dan aku takut mereka akan jera membeli (atau membaca) buku karyaku.

Aku tidak menyalahkan editor atau siapapun yang berkaitan dengan proses penerbitan buku tersebut. Sama sekali tidak. Karena pada akhirnya aku jadi berpikir, kalau aku sendiri tidak suka membaca buku yang ditulis asal-asalan, pasti pembaca bukuku juga merasakan hal yang sama. Jadi, jalan keluar terbaik yang bisa kulakukan adalah BERHATI-HATI DALAM MENULIS dan SEBISA MUNGKIN MEMINIMALKAN KESALAHAN YANG KULAKUKAN.

Tapi ternyata, dalam prosesnya, aku kembali melakukan kesalahan.

Aku melakukan proses menulis sambil MENGEDIT! Ini salah salah besar! 

Ketika aku menulis sambil mengedit, pikiranku jadi terbagi dua, antara mengikuti alur cerita yang sudah kurancang, juga memperhatikan lebih detail setiap kata yang kutulis. Aku jadi tidak merasakan ‘feel’ karakterku karena sibuk memperhatikan kata demi kata. Aku juga jadi sering melupakan ‘Adegan apa lagi ya yang selanjutnya harus kutulis?’ karena sibuk mengedit.

Itulah kenapa proses menulisku menjadi sangat lambat. 

Dari satu novel hanya membutuhkan waktu satu minggu, di novel berikutnya aku baru bisa selesai menulis setelah satu bulan, lalu di novel berikutnya lagi aku membutuhkan dua bulan. Bahkan di novel yang baru Desember kemarin rampung, aku membutuhkan waktu enam bulan sampai bisa menuliskan kata TAMAT!

Kenapa hal itu terjadi?

Sekali lagi kukatakan, aku baru tahu kalau caraku salah.
SELAMA PROSES MENULIS, TIDAK BOLEH SAMBIL MENGEDIT. SEMAKIN SERING AKU MENEKAN TOMBOL BACKSPACE ATAU DELETE, MAKA AKAN SEMAKIN LAMA WAKTU YANG KUBUTUHKAN BAHKAN HANYA UNTUK MENYELESAIKAN SATU BAB.

So... mulai saat ini, aku akan kembali berlatih MENULIS CEPAT seperti dulu. Menulis tanpa menekan tanpa backspace dan delete. Menulis tanpa berpikir. Menulis dari hati.

Bisakah?

Semoga Tuhan memberikan hidayah-Nya dan aku bisa melakukannya.
Bukankah sepanjang hidup proses utama yang harus kita lalui adalah BELAJAR?
Mulai hari ini, aku kembali belajar MENULIS CEPAT!

Label: