Pentingnya Outline Dalam Menulis Naskah

Sumber Gambar : doc.pribadi
Biasanya menuliskan tanggal pembuatan outline

Beberapa waktu yang lalu, ada teman yang bertanya tentang pentingnya sebuah outline dalam kegiatan menulis. Sejujurnya, aku juga tidak terlalu pandai dalam hal ini, namun aku mencoba membagikan pengalamanku saja ya.

Di dalam pelajaran Bahasa Indonesia, bukankah kita mendapatkan pelajaran untuk membuat ‘Kerangka Karangan’? 

Nah, outline itu adalah kerangka karangan. Dengan kata lain, outline adalah
kerangka atau garis besar dari cerita atau tulisan yang hendak kita tuliskan. Outline ini berisi serangkaian ide-ide dasar yang tersusun secara sistematis, urut dan logis, yang nantinya akan kita kembangkan saat proses penulisan.

Karena mendapatkan pelajaran Bahasa Indonesia di masa lalu, maka ketika aku terjun ke dunia kepenulisan, maka ilmu inilah yang aku terapkan, baik dalam menulis naskah nonfiksi maupun menulis naskah fiksi. Karena kedua bidang penulisan (baik fiksi maupun nonfiksi) membutuhkan outline, maka garis besar pembahasan hari ini menyangkut keduanya, ya... Jadi aku tidak membahas ini secara spesifik untuk non fiksi saja atau fiksi saja.

Apa pentingnya membuat outline?
Dengan membuat outline terlebih dahulu maka :

Proses penulisan lebih terarah
Dengan adanya outline, proses penulisan jauh lebih terarah karena pada saat kita merancang outline, pastilah secara tidak langsung kita sudah memikirkan alur cerita (dari awal hingga akhir). Selain itu, proses penulisan menjadi lebih mudah karena kita sudah mengira-ngira, adegan apa yang ingin kita tuliskan di tiap bab, atau point-point penting apa yang akan kita masukkan di dalam suatu bab. 

Tujuan dan ending yang diinginkan bisa dirancang
Menulis suatu naskah pastilah memiliki tujuan atau ending (akhir cerita untuk naskah fiksi). Dengan adanya outline, kita sudah menetapkan tujuan apa yang ingin dicapai diakhir tulisan kita. Misalnya, ketika kita menulis naskah non fiksi yang mengenalkan benua-benua di dunia pada anak kecil, maka tujuan kita adalah menciptakan sebuah tulisan yang membuat anak-anak kecil mengetahui keistimewaan setiap benua, apa kebudayaannya, makanan apa yang terkenal, dan lain sebagainya.

Sumber Gambar : doc. Pribadi
Around The World : Benua Amerika

Begitu pula saat kita menulis naskah fiksi, pastilah kita sudah memikirkan, apa tujuan akhir dari tokoh utama kita. Misalnya saja, tokoh utama pada akhirnya berbahagia setelah musuhnya meninggal dan ia bisa merebut kembali kekasihnya yang sempat hilang. Atau tokoh utama nantinya akan mati secara mengenaskan akibat kejahatan yang dilakukannya.

Tujuan atau ending tidak “HARUS” terjadi seperti rancangan awal. Kadangkala, karakter yang kita mainkan di dalam sebuah cerita bisa bergerak dan memiliki kemauannya sendiri, sehingga pada akhirnya akan mengubah ending. Ini bisa terjadi, tapi paling tidak, perubahan ini tidak akan melenceng terlalu jauh dari rancangan awal yang sudah kita buat.

Sumber Gambar : doc. Pribadi
Outline The Empty Heart

Mencegah timbulnya writer’s block
Apa itu ‘Writer’s Block’?
Writer’s Block bisa diartikan sebagai kebuntuan yang dialami oleh seorang penulis sehingga ia tidak tahu apa lagi yang harus dituliskannya. Dengan membuat outline terlebih dahulu, maka kemungkinan terjadinya kebuntuan dalam proses menulis bisa dicegah seminimal mungkin. 

Kenapa bisa? Pasti sebagian dari kita bertanya-tanya apa outline memang sehebat itu sampai bisa membuat penulis lancar dalam prosesnya menulis.

Tentu saja. Outline yang dibuat lengkap dan terperinci akan membuat proses penulisan suatu naskah menjadi bebas tanpa hambatan. Karena itu, biasanya dalam menyusun outline, aku sudah menyertakan referensi yang harus dibaca, catatan penting, data-data dan lain sebagainya. Sehingga ketika menulis kita tidak perlu berhenti hanya karena kekurangan data yang harus kita masukkan di dalam naskah kita. Biasanya, aku akan membuat folder-folder khusus yang menyimpan semua data dan referensi yang dibutuhkan.

Mencegah terjadinya pembahasan topik yang sama di satu naskah
Pernah tidak kita membaca suatu buku yang di bab satu membahas masalah bagaimana tokoh utama bertemu dengan tokoh A, misalnya. Lalu di bab lima, ternyata kita menemukan lagi adegan yang sama di mana tokoh utama bertemu dengan tokoh A, tapi dengan perubahan di sana-sini. Nah, kalau sebagai pembaca kita menemukan hal ini, apa kita tidak bingung sendiri?

Dengan adanya outline, hal ini bisa dihindari. Kita bisa secara tepat merancang urutan kejadian, point-point penting dan hal-hal penting lainnya untuk naskah kita tanpa perlu membuat ‘kecelakaan’ terjadinya pembahasan yang sama sampai beberapakali dalam sebuah naskah.

Pengerjaan naskah jauh lebih cepat
Outline memudahkan proses penulisan menjadi lebih cepat. Karena dengan adanya outline, kita bisa menulis bagian-bagian yang kita inginkan terlebih dahulu tanpa harus urut dari awal sampai akhir. 
Contohnya : 
Bab 1. Pertemuan Tokoh
Bab 2. Marahan
Bab 3. Penculikan Tokoh B
Bab 9. Kehilangan

Nah karena aku baru saja marah sama seseorang, perasaan marah bisa langsung kutuangkan ke dalam Bab. 2 tanpa harus menuliskan Bab. 1 terlebih dahulu. (Eh, tapi bukan berarti kita harus sengaja cari gara-gara dan akhirnya marah baru menuliskan perasaan marah itu, ya :p)
Atau kita bisa juga langsung menulis Bab. 9 tentang Kehilangan karena kita baru saja melihat dan ikut merasakan saudara kita yang kehilangan kucing kesayangannya. 

Hanya dengan outline kita bisa membuat keajaiban, menulis tanpa harus urut dari awal sampai akhir namun tetap bisa menjaga konsistensi jalan cerita, sesuai dengan jalan cerita yang kita inginkan.

Penyusunan adegan dan konflik lebih terarah
Dengan membuat outline terlebih dahulu, maka aku bisa menyusun timeline dan mengubah-ubah adegan yang kuinginkan sesuai dengan urutan yang juga kuinginkan.
Caranya : Setelah menulis adegan dan konflik dalam outline, biasanya aku akan memindahkan tiap adegan dan konflik di tiap bab ke kertas Post It

Kertas Post It itu akan kutempelkan ke dinding atau ke papan tulis yang tersedia, dan bisa kupindah-pindah, kususun ulang atau bahkan kuganti sehingga urutan adegan dan konflik menjadi lebih bagus dan lebih terarah.

See..., ada banyak sekali keuntungan menulis menggunakan outline.
Bagaimana dengan kalian?

Label: