 |
Mahogany Hills - Tia Widiana |
Judul : Amore : Mahogany Hills
Penulis : Tia Widiana
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 344 hal
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 9789792295849
Harga : Rp. 66.000 ( Di Gramedia Veteran Banjarmasin)
Jagad Arya dan Paras Ayunda mendapatkan
kehidupan yang mungkin diharapkan oleh semua pasangan pengantin baru. Segera
setelah menikah, mereka tinggal di rumah bernama Mahogany Hills, di pelosok
pegunungan Sukabumi yang sejuk dan indah.
Yang membedakan Jagad dan Paras dengan
pasangan pengantin lainnya adalah mereka menikah bukan karena cinta. Baik Jagad
maupun Paras punya rahasi yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan
bercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapkan –
semua itu senantiasa menggelayuti Mahogany Hills.
Dengan caranya masing-masing, Jagad dan
Paras berjuang untuk menghadapi satu pertanyaan yang pada suatu titik harus
mereka jawab : Sanggupkah mereka bertahan dalam pernikahan yang tak sempurna
itu?
***
Sejujurnya, saya membeli Mahogany Hills
ini karena penasaran. Bagaimana sih seharusnya novel Amore itu? Dan apa bedanya
novel ini dengan novel Amore yang sudah terbit? Karena berdasarkan pengalaman
membaca novel-novel Amore, ada beberapa novel yang benar-benar mengecewakan
hati saat membacanya.
Paragraf-paragraf awalnya mengundang
penasaran. Katanya baru menikah, kok selama perjalanan tidak mesra? Jagad
diceritakan hanya diam saja sepanjang jalan, atau sesekali menjawab pertanyaan
Paras ala kadarnya. Bagian pembuka novel yang seperti inilah yang akhirnya
mendorongku untuk terus membalik-balik halaman novel ini.
Kisah Jagad dan Paras sebenarnya mirip
dengan tema “pasaran”, artinya banyak sekali tema sejenis ini seperti yang
beberapa novel yang saya baca, antara lain : After The Wedding atau yang
lainnya misalnya CoupL(ov)e. Perjodohan yang tidak diinginkan, kecelakaan dan
amnesia.
Ngomong-ngomong masalah adegan kecelakaan
dan amnesia, dua hal ini memang paling aman dalam menciptakan konflik atau pun
tragedi, dan tanpa sadar aku pun pernah menggunakannya di novel-novel yang
pernah kutulis.
Tapi ada yang menarik dalam novel yang
satu ini. Meski ada banyak kesamaan adegan dan tema, Tia Widiana ternyata
memiliki gaya menceritaan yang bak juru dongeng. Selain itu, di setiap akhir
bab, dia selalu menyisipkan bagian awal dari bab berikutnya. Sehingga begitu
satu bab selesai, kita akan terpancing rasa penasaran untuk lanjut ke bab
berikutnya.
Karakter Paras yang berusaha menahan
sabar sangat kuat. Dengan kecerdasannya, Paras diceritakan sebagai perempuan “berotak”
dan aku sebagai perempuan merasa tersindir ketika berhadapan dengan sosok
Paras.
Karakter Jagad adalah karakter alami
laki-laki yang merasa harga dirinya terkoyak akibat sebuah perjodohan. Selain
itu, ada pertentangan di dalam hatinya dan penyalahan. “Gara-gara Paras
mengirimkan proposal pertunangan pada keluarga Jagad, akibatnya Jagad tidak
bisa menikahi perempuan yang sudah ditunggunya selama bertahun-tahun.”
Di bagian ini, aku angkat jempol, Tia
memasukkan hal baru di mana seorang perempuan bisa menyimpan kekaguman dan
harapan pada seorang anak laki-laki yang sudah menolongnya ketika ia masih
duduk di kelas 1 SMP. Bahkan karena kenangan itu, Paras berharap jika ia harus
mendapatkan pasangan melalui sebuah perjodohan, maka dirinyalah yang menjadi
penentu siapa laki-laki yang dimauinya untuk dijodohkan dengannya... (haish
maaf mbulet aku menerangkannya di sini J )
Hal lain lagi yang membuat aku
menjentikkan jari dan berteriak “KEREN!” adalah akibat traumatis dari sebuah
perkosaan yang dialami oleh seorang perempuan. Seorang korban perkosaan pasti
akan mengalami suatu trauma yang tergantung pada berat ringannya efek dari
perkosaan tersebut. Bahkan meski pelaku perkosaan itu adalah seorang suami yang
sah, yang terikat dalam sebuah perkawinan, tetap saja ada trauma yang
tertinggal.
Kebanyakan, novel-novel yang mengangkat
kasus perkosaan akan langsung menunjukkan efek dari perkosaan tanpa tedeng
aling-aling misalnya perempuan lari terbirit-birit dan meninggalkan suaminya
begitu saja, perempuan itu gila, dan lain sebagainya.
Tia Widiana berbeda, ia memikirkan
dampak lain dari perkosaan bagi Paras. Sebagai seorang istri yang belum
mengalami malam pertamanya dan hampir saja diperkosa oleh mantan pacarnya,
jelas perkosaan itu menyakiti hati Paras. Tapi Paras memiliki kebaikan hati
yang manis, memiliki harapan bahwa Jagad akan jatuh cinta dan menerimanya. Dan
meski ada trauma perkosaan, ia tetap menyiapkan kebutuhan Jagad dengan sangat
baik. Intinya, Paras adalah sosok istri baik budi.
Hingga kesadaran baru hadir dalam hati
Paras ketika ia tahu dirinya hamil. Ia ingin melindungi bayinya. Ia tidak mau
kehidupan keluarga yang dingin akan menghancurkan anaknya. Dan ia tidak mau
kehilangan bayinya jika suatu saat Jagad kehilangan kendali lagi atas dirinya
dan melakukan pemaksaan lagi (ini dampak perkosaan pertama yang tertinggal yang
mungkin tidak disadari pembaca)
Paras berniat meninggalkan Jagad dan
akhirnya mengalami kecelakaan parah lalu amnesia. (Hihihihi... aku langsung
ingat juga pernah menuliskan adegan seperti ini. Karena adegan ini efeknya kan
dramatis, namun ternyata jika terlalu banyak membaca novel dengan adegan yang
sejenis, bisa menimbulkan kejenuhan bagi pembaca)
Tapi saya menemukan hal baru di sini.
Paras lupa ingatan hanya pada bagian dia pulang ke Indonesia dan menikah dengan
Jagad. Di bagian ini juga diceritakan Paras yang baru sadar langsung histeris
begitu melihat Jagad. Paras tidak mengingat Jagad, tapi hatinya tahu bahwa ia
sangat membenci Jagad dan harus menghindari laki-laki itu. (Nah, ini dampak
perkosaan kedua yang aku temukan dan aku sangat kagum dengan pemikiran Tia ini)
Memang ada banyak sekali bagian “miss”
yang seolah terjadi sebentar dan hilang begitu saja. Namun secara keseluruhan,
novel ini benar-benar harus dibaca dan dijadikan referensi gaya penulisan
sederhana, tidak lebay, pemilihan diksi yang lihai dan alurnya pun nyaman
hingga jika dibaca sebagai sarana hiburan, seringkali hal-hal kecil dan sepele
itu akan terlewati begitu saja karena piawainya Tia membawakan ceritanya.
Mahogany Hills benar-benar RECOMMENDED!
Rugi kalau tidak membaca novel yang satu ini. Dan sangat pantas novel ini menyandang JUARA 1 LOMBA AMORE yang diadakan oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Mau mencoba menulis Amore untuk Gramedia
Pustaka Utama, baca Mahogany Hills, kesederhanaan gaya penulisan yang dibalut
dengan kepiawaian bercerita, membawa pembaca masuk ke dalam cerita dengan cara yang
begitu halus dan cerdas JLabel: Resensi